Saturday, 18 January 2014

Alterasi dan Mineralisasi pada Low Sulfidation System

PENDAHULUAN
Pengetahuan mengenai alterasi dan mineralisasi dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi bahan galian emas sangat mutlak diperlukan, supaya dapat membedakan ciri-ciri secara fisik dari tipe-tipe batuan hasil proses alterasi dan mineralisasi yang notabene setiap daerah berbeda bentuk dan proses pembentukannya. Tetapi jika kita sudah menguasai dasar materinya paling tidak ada sedikit gambaran dan tidak terlalu “hideung ngabelegbeg” alias blank alias “lieur” tidak “puguh” apa yang harus dikerjakan.
Pada intinya setelah kita menguasai dasar alterasi dan mineralisasi, akan kita apakan zonasi tersebut, apakah mau “dipelong” saja atau membuat kesepakatan dengan teman dengan membuat perjanjian “ Bro... kita tidak pernah melihatnya kan??” atau “samain aja lah...!!!” (biasanya hal ini sering dilakukan jika mendapat sesuatu yang tidak diketahui atau tidak bisa terpecahkan...hayoo ngaku....heheh..)
Terpikirkan untuk sedikit berbagi pengalaman (secara garis besar nya saja tapi yaa...) yang saya dapat dari para suhu yang sudah fasih di dunia eksplorasi emas kepada kawan-kawan yang mungkin membutuhkan. Tulisan ini saya susun dengan bahasa santai tetapi tidak mengurangi kualitas dari isi yang akan saya sampaikan.
Oh iya sebelum berlanjut saya mau berpesan...jangan berfikir susah terlebih dahulu yaa...kalo kata bahasa sunda nya “ think simple” baca sampai selesai biar ga ngambang, ga ada yang susah jika kita punya kemauan, kalo ditanya apa yang susah?? baru jawabannya “menciptakan emas”, Nah itu baru susah hehhe..... jadi woles aja kalo kata bahasa anak mudanya.
Satu lagi sebelum beranjak ke permasalahan alterasi-mineralisasi diharapkan anda telah menguasai petrologi batuan beku karna proses pembentukan alterasi-mineralisasi berhubungan erat sekali dengan proses intrusi. (nah loo...ayooo dibuka kembali buku semester 2 nya..hehhe....).
Kalau anda sudah siap, “ let us Begin...!”. 

ALTERASI DAN MINERALISASI
Alterasi atau ubahan adalah suatu proses yang menyebabkan adanya pelepasan dan pengikatan salah satu atau beberapa unsur  kimia dari mineral pembentuk batuan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara fluida panas magma, air magmatik ataupun air meteorik dengan batuan yang diterobosnya pada tekanan dan temperature tertentu, baik itu lewat patahan, pori-pori batuan, ketidak selarasan dan lain sebagainya. Dimana salah satu atau beberapa mineral akan berubah menjadi mineral lainya dengan rumus molekul yang lebih stabil pada tekanan dan temperature tersebut.
Mineralisasi adalah proses terkonsentrasinya mineral yang dapat terbentuk akibat adanya proses alterasi. Mineral ini berasal dari fluida magma itu sendiri yang memang membawa mineral-mineral berharga pada saat menerobos menuju ke permukaan, berinteraksi (kalo bahasa alay nya “hati kita berdua telah menyatu” hahha..) dengan batuan samping yang diterobosnya.
Pengayaan juga dapat terjadi karena adanya interaksi antara air meteorik yang merembes ke bawah permukaan dengan fluida panas magma yang membawa mineral berharga, yang kemudian dapat menyebabkan mineralisasi tersebar merata (disseminations) atau dapat pula terkonsentrasi mengisi patahan dan retakan-retakan yang biasanya hadir sebagai urat (vein, veinlets, stringer, stockwork) dan lain sebagainya.
Jadi secara simple nya kalau sudah ada proses mineralisasi sudah pasti teralterasi, tetapi kalau ada proses alterasi belum tentu menyebabkan mineralisasi.

( Nah gimana teman sudah sedikit ada gambaran???... fahami per kata, kalo kamu sudah dapat kesimpulan atau sudah faham dengan alterasi dan mineralisasi, yuukkk kita lanjuuutt.....!!. kalo belum silahkan pengertian diatas dibaca berulang-ulang sampai maksudnya kalian fahami ).

Sistem Epithermal
Di bagian epithermal dibagi kedalam dua sistem alterasi-mineralisasi  yaitu Low Sulfidation dan High Sulfidation.

Low Sulfidation
Low Sulfidation (LS) atau lebih dikenal dengan sebutan vein system, Terjadi karena adanya reaksi keseimbangan antara fluida yang naik ke permukaan dengan batuan samping, kemudian fluida tersebut tereduksi menjadi fluida berpH mendekati Netral. Biasanya sistem ini penyebarannya dikontrol oleh struktur yang berkembang di daerah tersebut.
Secara umum ore yang ditemukan pada sistem LS berasosiasi dengan kuarsa dan/atau kalsedonik, adularia, calcite, rhodochrosite, K mica (Illite atau sericite), chlorite dan pyrite.
Penciri sistem LS ini  secara umum sering dijumpai adanya vein yang bisa berupa tekstur colloform – crustiform banded, cavity filling, cockade, comb structure dan lain-lain, atau bisa juga berupa stockwork. Dan salah satu penciri paling dominan adalah adanya silica sinter dibagian permukaan yang merupakan Petunjuk paleo-surface dan paleo-watertable.
Mengacu kepada model yang dibuat oleh om saya yaitu Buchanan 1981 (ngimpii..hehhee...!!!), Alterasi yang berkembang pada sistem LS bisa dilihat dari gambar 2.2.
Pada gambar 1, dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • bagian terluar dari sistem di tempati oleh alterasi propylitic, dengan penciri hadirnya mineral chlorite, carbonate, clay dan pyrite. (warna kuning);
  • Semakin kedalam ditempati oleh alterasi Argilic dengan penciri hadirnya illite, sericite (warna hijau muda);
  • Kemudian di bagian inti terdapat zona alterasi silicification atau silicic dengan penciri biasanya berupa vein kuarsa termasuk didalamnya adularia dan albite (warna merah);
  • Sedangkan sebagai penutup sistem LS di bagian atas terdapat sinter (warna orange);
  • Dibawah zona sinter, terbentuk alterasi advance argilic dengan ciri hadirnya mineral alunite dan kaolinite. Di beberapa lokasi hadir native sulphur, jarosite, dan pyrite (warna biru).
Tetapi alterasi yang umum ditemukan pada LS hanya dibagi kedalam tiga zona yaitu propylitic, Argilic dan Silicification/Silicic/Vein. Warna disini hanya sebagai ilustrasi dan bukan sebagai warna alterasi. Warna yang biasa digunakan untuk alterasi yaitu hijau untuk propylitic, kuning untuk argilic, orange untuk advance argilic dan merah untuk silicification/silicic. Tetapi itu semua tidak terlalu penting untuk diperdebatkan, biasanya pewarnaan ditentukan sesuai kesepakatan bersama, yang tujuannya hanya untuk membedakan antar zonasi.

Gambar 1. Menunjukan pembagian zona alterasi dan penyebaran mineralisasi terhadap kedalaman di bawah permukaan bumi.

Dibawah ini saya akan sertakan foto-foto contoh batuan yang telah teralterasi dan termineralisasi pada sistem low sulfidation.





Gambar 2.Bentuk texture, structure, alterasi dan mineralisasi pada low sulfidation system.


Pada sistem low sulfidation juga terdapat zona base metal yang mencirikan bahwa jika ketika kita melakukan eksplorasi kemudian menemukan mineral base metal seperti zn, tembaga, sphalerite atau galena (yang paling mudah dikenali oleh kasat mata) dengan tingkat kehadiran lebih dominan dibandingkan dengan mineral yang lain, maka dapat diperkirakan daerah tersebut sudah berada di zona paling bawah jika dilihat dari model buchanan.
Dapat dikatakan pula bahwa daerah tersebut sudah mengalami erosi yang cukup kuat, tipis kemungkinan akan ditemukan Au yang Ekonomis untuk dilakukan penambangan.
Berikut saya akan share foto-foto yang mengindikasikan berada pada zona base metal.



.
Tetapi di lapangan memang tidak semudah seperti yang ada pada model, akan banyak variasi tentunya,  dan tidak selamanya model ini dapat kita jadikan acuan. Masih banyak model alterasi pada sistem LS yang lain yang mungkin lebih sesuai dengan daerah yang anda eksplorasi.
( naahh gimana makin penasaran kan??... selamat mencari model dari peneliti yang lain yaa...kalo sudah menemukan jangan lupa di share dengan penulis yaa.. karna penulis juga masih sangat-sangat haus ilmu nih ..heehe...).

Untuk High Sulfidation menyusul di postingan berikutnya yaa.....!!!