PENDAHULUAN
Pengetahuan
mengenai alterasi dan mineralisasi dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi
bahan galian emas sangat mutlak diperlukan, supaya dapat membedakan ciri-ciri
secara fisik dari tipe-tipe batuan hasil proses alterasi dan mineralisasi yang
notabene setiap daerah berbeda bentuk dan proses pembentukannya. Tetapi jika
kita sudah menguasai dasar materinya paling tidak ada sedikit gambaran dan
tidak terlalu “hideung ngabelegbeg”
alias blank alias “lieur” tidak “puguh” apa yang harus dikerjakan.
Pada
intinya setelah kita menguasai dasar alterasi dan mineralisasi, akan kita
apakan zonasi tersebut, apakah mau “dipelong”
saja atau membuat kesepakatan dengan teman dengan membuat perjanjian “ Bro... kita tidak pernah melihatnya kan??” atau “samain aja lah...!!!” (biasanya hal ini sering dilakukan jika
mendapat sesuatu yang tidak diketahui atau tidak bisa terpecahkan...hayoo ngaku....heheh..)
Terpikirkan
untuk sedikit berbagi pengalaman (secara
garis besar nya saja tapi yaa...) yang saya dapat dari para suhu yang sudah
fasih di dunia eksplorasi emas kepada kawan-kawan yang mungkin membutuhkan.
Tulisan ini saya susun dengan bahasa santai tetapi tidak mengurangi kualitas
dari isi yang akan saya sampaikan.
Oh
iya sebelum berlanjut saya mau berpesan...jangan berfikir susah terlebih dahulu
yaa...kalo kata bahasa sunda nya “ think
simple” baca sampai selesai biar ga ngambang, ga ada yang susah jika kita
punya kemauan, kalo ditanya apa yang susah?? baru jawabannya “menciptakan
emas”, Nah itu baru susah hehhe..... jadi woles aja kalo kata bahasa anak
mudanya.
Satu
lagi sebelum beranjak ke permasalahan alterasi-mineralisasi diharapkan anda
telah menguasai petrologi batuan beku karna proses pembentukan
alterasi-mineralisasi berhubungan erat sekali dengan proses intrusi. (nah loo...ayooo dibuka kembali buku semester
2 nya..hehhe....).
Kalau
anda sudah siap, “ let us Begin...!”.
ALTERASI DAN MINERALISASI
Alterasi
atau ubahan adalah suatu proses yang
menyebabkan adanya pelepasan dan pengikatan salah satu atau beberapa unsur kimia dari mineral pembentuk batuan yang
disebabkan oleh adanya interaksi antara fluida panas magma, air magmatik
ataupun air meteorik dengan batuan yang diterobosnya pada tekanan dan
temperature tertentu, baik itu lewat patahan, pori-pori batuan, ketidak
selarasan dan lain sebagainya. Dimana salah satu atau beberapa mineral akan
berubah menjadi mineral lainya dengan rumus molekul yang lebih stabil pada
tekanan dan temperature tersebut.
Mineralisasi
adalah proses terkonsentrasinya mineral
yang dapat terbentuk akibat adanya
proses alterasi. Mineral ini berasal dari fluida magma itu sendiri yang
memang membawa mineral-mineral berharga pada saat menerobos menuju ke
permukaan, berinteraksi (kalo bahasa alay
nya “hati kita berdua telah menyatu” hahha..) dengan batuan samping yang
diterobosnya.
Pengayaan
juga dapat terjadi karena adanya interaksi
antara air meteorik yang
merembes ke bawah permukaan dengan fluida
panas magma yang membawa mineral berharga, yang kemudian dapat menyebabkan
mineralisasi tersebar merata (disseminations)
atau dapat pula terkonsentrasi mengisi patahan dan retakan-retakan yang
biasanya hadir sebagai urat (vein, veinlets, stringer, stockwork) dan lain
sebagainya.
Jadi
secara simple nya kalau sudah ada proses
mineralisasi sudah pasti teralterasi, tetapi kalau ada proses alterasi belum
tentu menyebabkan mineralisasi.
(
Nah gimana teman sudah sedikit ada
gambaran???... fahami per kata, kalo kamu sudah dapat kesimpulan atau sudah
faham dengan alterasi dan mineralisasi, yuukkk kita lanjuuutt.....!!. kalo
belum silahkan pengertian diatas dibaca berulang-ulang sampai maksudnya kalian
fahami ).
Sistem Epithermal
Di
bagian epithermal dibagi kedalam dua sistem alterasi-mineralisasi yaitu Low
Sulfidation dan High Sulfidation.
Low Sulfidation
Low
Sulfidation (LS) atau lebih dikenal dengan sebutan vein system, Terjadi karena
adanya reaksi keseimbangan antara fluida yang naik ke permukaan dengan batuan
samping, kemudian fluida tersebut tereduksi menjadi fluida berpH mendekati
Netral. Biasanya sistem ini penyebarannya dikontrol oleh struktur yang
berkembang di daerah tersebut.
Secara umum ore yang
ditemukan pada sistem LS berasosiasi dengan kuarsa dan/atau kalsedonik,
adularia, calcite, rhodochrosite, K mica (Illite atau sericite), chlorite dan
pyrite.
Penciri sistem LS
ini secara umum sering dijumpai adanya
vein yang bisa berupa tekstur colloform – crustiform banded, cavity filling,
cockade, comb structure dan lain-lain, atau bisa juga berupa stockwork.
Dan salah satu penciri paling dominan adalah adanya silica sinter dibagian
permukaan yang merupakan Petunjuk paleo-surface dan paleo-watertable.
Mengacu kepada model yang
dibuat oleh om saya yaitu Buchanan 1981 (ngimpii..hehhee...!!!),
Alterasi yang berkembang pada sistem LS bisa dilihat dari gambar 2.2.
Pada gambar 1, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- bagian terluar dari
sistem di tempati oleh alterasi propylitic, dengan penciri hadirnya
mineral chlorite, carbonate, clay dan pyrite. (warna kuning);
- Semakin kedalam
ditempati oleh alterasi Argilic dengan penciri hadirnya illite,
sericite (warna hijau muda);
- Kemudian di bagian
inti terdapat zona alterasi silicification atau silicic
dengan penciri biasanya berupa vein kuarsa termasuk didalamnya adularia
dan albite (warna merah);
- Sedangkan sebagai
penutup sistem LS di bagian atas terdapat sinter (warna orange);
- Dibawah zona sinter,
terbentuk alterasi advance argilic dengan ciri hadirnya mineral alunite
dan kaolinite. Di beberapa lokasi hadir native sulphur,
jarosite, dan pyrite (warna biru).
Tetapi alterasi yang umum
ditemukan pada LS hanya dibagi kedalam tiga zona yaitu propylitic, Argilic dan
Silicification/Silicic/Vein. Warna disini hanya sebagai ilustrasi dan
bukan sebagai warna alterasi. Warna yang biasa digunakan untuk alterasi yaitu
hijau untuk propylitic, kuning untuk argilic, orange untuk advance
argilic dan merah untuk silicification/silicic. Tetapi itu semua
tidak terlalu penting untuk diperdebatkan, biasanya pewarnaan ditentukan sesuai
kesepakatan bersama, yang tujuannya hanya untuk membedakan antar zonasi.
Gambar 1. Menunjukan pembagian zona alterasi dan penyebaran mineralisasi terhadap
kedalaman di bawah permukaan bumi.
Dibawah
ini saya akan sertakan foto-foto contoh batuan yang telah teralterasi dan
termineralisasi pada sistem low
sulfidation.
Gambar 2.Bentuk texture, structure, alterasi dan mineralisasi pada low sulfidation system.
Pada sistem low sulfidation juga terdapat zona base metal yang mencirikan bahwa jika ketika kita melakukan eksplorasi kemudian menemukan mineral base metal seperti zn, tembaga, sphalerite atau galena (yang paling mudah dikenali oleh kasat mata) dengan tingkat kehadiran lebih dominan dibandingkan dengan mineral yang lain, maka dapat diperkirakan daerah tersebut sudah berada di zona paling bawah jika dilihat dari model buchanan.
Dapat dikatakan pula bahwa daerah tersebut sudah mengalami erosi yang cukup kuat, tipis kemungkinan akan ditemukan Au yang Ekonomis untuk dilakukan penambangan.
Berikut saya akan share foto-foto yang mengindikasikan berada pada zona base metal.
.
Tetapi di lapangan memang tidak
semudah seperti yang ada pada model, akan banyak variasi tentunya, dan tidak selamanya model ini dapat kita
jadikan acuan. Masih banyak model alterasi pada sistem LS yang lain yang
mungkin lebih sesuai dengan daerah yang anda eksplorasi.
( naahh
gimana makin penasaran kan??... selamat mencari model dari peneliti yang lain
yaa...kalo sudah menemukan jangan lupa di share dengan penulis yaa.. karna
penulis juga masih sangat-sangat haus ilmu nih ..heehe...).
Untuk High Sulfidation menyusul di postingan berikutnya yaa.....!!!